Senin, 10 Januari 2011

'Meluruskan Kaki di Depan Orang'

حُكم مد الرجلين في مجمع الناس
Hukum Menjulurkan Kaki Ketika Bersama Banyak Orang
السؤال : نرى كثيرا من الشباب – في هذه الأيام –يمدون أرجلهم في المسجد مع الاتكاء
باليد وراءا دون حاجة أو ضرورة ، أليس في هذا إخلال بآداب المسجد والجماعة ، لا سيما وأن هذا الأمر يحدث منهم قبيل الصلاة ؟
Pertanyaan, “Saat ini, sering kami saksikan banyak anak muda yang menjulurkan kaki ketika berada di masjid sambil bersandarkan tangan yang berada di belakang punggung padahal tidak ada kebutuhan mendesak untuk melakukannya. Bukankah perbuatan tersebut tidak sejalan dengan sopan santun ketika di masjid dan ketika dengan shalat berjamaah? Padahal hal ini terjadi beberapa saat sebelum shalat berjamaah dilakukan”.
الجواب: ليس من الآداب مدُ الإنسان رجليه في مجمع من الناس سواء كان ذلك في المسجد أو غيرالمسجد ، إلى القبلة أم إلى غيرها ، لأن هذه الجلسة غير عادية ، وهي مُخلة بالمروءة
Jawaban Syaikh Abu Said al Jazairi, “Tidaklah termasuk kesopanan menjulurkan kaki ketika bersama banyak orang baik pada saat di masjid ataupun tidak, baik kaki ketika itu menghadap ke arah kiblat ataupun tidak. Ini adalah gaya duduk yang tidak sesuai dengan tradisi masyarakat sehingga gaya duduk semacam itu termasuk merusak muruah.
(ومعنى المروءة :آداب نفسانية تحمل مراعاتها الانسان على الوقوف على محاسن الأخلاق ،وجميل العادات )[قاله البُجَيروي رحمه الله تعالى نقلا عن كتاب القاموس الفقهي لسعديأبو حبيب ص 377]
Muruah adalah kondisi kejiwaan yang mendorong seorang manusia untuk melakukan berbagai akhlak mulia dan menjalankan berbagai tradisi masyarakat yang baik. Demikian pengertian muruah menurut al Bujairi sebagaimana dikutip dalam al Qamus al Fiqhi karya Saad Ya’bu Habib hal 377.
وعرفها الدردير المالكي رحمه الله بقوله ( كمال النفس بصونها عما يوجب ذمها عرفا ، ولو مباحا في ظاهر الحال) [الشرح الصغير 284]
Sedangkan al Dirdir al Maliki mendefinisikan muruah dengan ‘kesempurnaan jiwa yang menjaga pelakunya dari segala hal yang menyebabkan pelakunya dicela oleh masyarakat meski secara sepintas hal tersebut statusnya dalam syariat adalah perbuatan yang mubah’ [al Syarh al Shaghir hal 284].
ودليل المنع النصوص الشرعية العامة الآمرة بالأخلاق الحسنة ، وبجميل المظهر وحسن الهيئة واحترام الناس
Dalil yang melarang untuk menjulurkan kaki di depan orang adalah berbagai dalil syariat yang bersifat umum berisi perintah untuk berakhlak mulia, berpenampilan yang indah, berprilaku yang baik dan menghormati orang lain.
قيل لسفيان بن عيينة رحمه الله تعالى : قد استنبطت من القرآن كل شيئ ،فأين المروءة فيه ؟ فقال :في قوله تعالى (خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهلين )
Ada yang berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah, “Hukum segala sesuatu telah anda simpulkan dari ayat al Qur’an. Lantas ayat al Qur’an yang mana yang memerintahkan muruah?” Sufyan bin ‘Uyainah menjawab, “Itulah firman Allah yang artinya ‘Jadilah pemaaf dan suruhlah orang lain agar melakukan perbuatan yang tidak bertentangan dengan tradisi masyarakat [selama tidak melanggar aturan syariat, pent] serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh’[QS al A’raf:199]”.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : {والحياء شعبة من الايمان } [رواه البخاري ومسلم ]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malu adalah salah satu cabang iman” [HR Bukhari dan Muslim].
وقال صلى الله عليه وسلم : { إذا لم تستح فاصنع ما شئت } (رواه البخاري )
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau tidak malu berbuatlah sesukamu” [HR Bukhari].
وقال صلى الله عليه وسلم : {إن الله تعالى يحب معالي الأمور ، وأشرافها ، ويكره سفاسفها}[رواه الطبراني وغيره وهو حديث صحيح كما في صحيح الجامع للألباني] .
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai segala sesuatu yang luhur dan bernilai serta membenci segala sesuatu yang rendah” [HR Thabrani dll, dinilai sahih oleh al Albani].
فإن قال قائل : ليس فيما ذُكر دليل صريح ،
Jika ada yang menyanggah dengan mengatakan “Dalil-dalil di atas bukanlah dalil tegas yang menunjukkan terlarangnya menjulurkan kaki di hadapan orang lain”
فالجواب بأن يُقال : هل يستحسن إدخال أصبعك في أنفك لتنظيفه أمام الناس ؟ فإن قال : لا يُستحسن ، قيل له : ماهو الدليل الصريح ؟
فإن قال الأدلة العامة ، قيل له فكذلك أدلة منع تلك الجلسة غير العادية أمام الناس هي الأدلة العامة .
Jawabannya adalah pertanyaan, “Apakah termasuk perilaku yang baik membersihkan kotoran hidung di depan banyak orang?”. Jika jawaban pertanyaan ini adalah bukan termasuk perilaku yang baik maka pertanyaan selanjutnya “Apa dalil tegas yang melarang untuk membersihkan hidung sambil ditonton banyak orang?”.
Jika jawab dengan berdalil umum yang memerintahkan berakhlak mulia maka kita katakan bahwa demikian pula dalil yang melarang untuk duduk dengan gaya duduk yang tidak sopan di depan orang lain adalah berbagai dalil umum yang memerintahkan untuk berakhlak mulia.
هذا وقد عدّ كثير من الفقهاء مدّ الرجلين أمام الناس من غير حاجة وضرورة وعذر من خوارم المروءة
Banyak ulama pakar fikih yang menilai bahwa menjulurkan kaki di depan orang lain tanpa adanya kebutuhan dan tanpa alasan adalah sikap yang berlawanan dengan muruah.
كما قاله أبو بكر محمد بن الوليد الطرطوشي المالكي ، فيما نقله عنه القاضي عياض في بغية الرائد ص (39) والنووي في روضة الطالبين (232/11)
Demikianlah pandangan Abu Bakr Muhammad bin al Walid ath Thurthusi al Maliki sebagaimana dikutip oleh al Qadhi ‘Iyadh dalam Bughyah al Raid hal 39, an Nawawi dalam Raudhah al Thalibin jilid 11 hal 232,
ومجد الدين ابن تيمية في تحرير (269 -268/2) وابن قدامة المقدسي في المغني (152/14) في كتاب الشهادات ، وفي زاد المستقنع مختصر المقنع لأبي النجا الحجاوي ، ووافقه شارحه ابن عثيمين في الشرح الممتع (6/226) في كتاب الشهادات أيضا ،
Majd Ibnu Taimiyyah dalam Tahrir jilid 2 hal 268-269, Ibnu Qudamah al Maqdisi dalam al Mughni 14/152 pada bab persaksian, penulis Zad al Mustaqni’ mukhtashar al Muqni’ yaitu Abu an Naja al Hajawi dan pendapat beliau ini disetujui oleh Ibnu Utsaimin dalam Syarh Mumti’ 6/226 pada bab persaksian
والبهوتي في الروض المربع (375) وطاهر الجزائري في توجيه النظر (1/98) وانظر المروءة وخوارمها للشيخ مشهور بن حسن ( 167 -166)
Al bahuti dalam ar Raudh al Murbi’ hal 375 dan Thahir al Jazairi dalam Taujih an Nazar 1/98. Bacalah buku al Muruah wa Khawarimuha karya Syaikh Masyhur hal 166-167.
تنبيهان :
الأول : لا يُستحسن مدُ الرجلين أمام عامة الناس ، أما لو كان الإنسان بين إخوانه أو أصحابه أو تلامذته ، أو كان منفردا فلا يُمنع من ذلك ، لأن العلماء قد فرقوا بين حالة وحالة ، وكما قيل في المثل :
Catatan:
Pertama, secara umum menjulurkan kaki itu bukanlah perilaku terpuji ketika dilakukan di depan orang lain. Sedangkan menjulurkan kaki di depan saudara, kawan dekat, murid atau ketika sendirian tidaklah terlarang. Para ulama membedakan antara satu kondisi dengan kondisi yang lain. Pepatah arab mengatakan
عند الأحباب تسقط الآداب
‘di depan orang-orang yang mencintai kita sopan santun tidak perlu terlalu diperhatikan’.
الثاني : لا مانع من مد الرجلين ولو أمام الناس للضرورة أو الحاجة أو العذر ، كالمريض نحوه ، مع الحرص على الحشمة والوقار قد ر الاستطاعة .
Kedua, tidaklah terlarang untuk menjulurkan kaki di hadapan orang lain jika ada kebutuhan mendesak atau alasan yang bisa dimaklumi semisal kondisi sakit meski dalam kondisi sakit sekalipun hendaknya kita merasa malu melakukan hal-hal yang kurang sopan sehingga hendaknya kita berperilaku yang sopan sebisa mungkin.
الثالث : هناك من الأفعال ما لا يأتي به الإنسان إلا منفردا ، ولا يفعله حتى أمام خاصته وأحبابه ، كإدخال الأصبع في الأنف لتنظيفه ونحو ذلك .
Ketiga, ada beberapa perbuatan yang tidak boleh dilakukan kecuali ketika sendirian dan tidak boleh dilakukan meski di depan orang-orang yang memiliki kedekatan hati dengan kita, contohnya adalah memasukkan jari ke lobang hidung untuk membersihkan kotoran hidung.
قال الحسن بن علي رضي الله عنهما : ( أما المروءة : فحفظ الرجل دينه ، وإحراز نفسه من الدنس ، وقيامه بضيفه ، وأداء الحقوق ، وإفشاء السلام )
Al Hasan bin Ali mengatakan, “Muruah adalah tidak melanggar berbagai aturan agama, menjaga diri dari berbagai perbuatan yang dinilai buruk, melayani tamu, menunaikan hak orang yang punya hak dan menyebarluaskan ucapan salam”.
Sumber:
http://www.abusaid.net/index.php/fatawi-sites/67-2008-09-19-10-54-27.html
Artikel www.ustadzaris.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar